Saturday, May 9, 2015

Mutar Otak

Alhamdulillah, UN taun ini berakhir juga. Lama yeh. Harapan gue sih semoga UN gak pernah ada lagi di negeri ini. UN tidak pernah bekerja sebagaimana mestinya. UN hanya membuat anak2 di negeri ini membenci pelajaran dan belajar tidak pakai hati. Mereka belajar karena tuntutan. Inilah yang harus dihindari.

Well, gue masih memantau kinerja osis gue sih di sekolah. Parahnya Sabtu minggu lalu eh proker dari humas gak jalan sesuai yang gue harapin. Kecewa juga akhirnya. Soalnya gue pengen mereka bertanggungjawab sama prokernya malah anak osis yang paling pertama berlarian berkelana entah kemana. Ada sih yang tinggal 1-2 orang tapi bukan dari anak2 osis yang notabene seharusnya menjadi panutan hingga akhir. Ya gitu deh anak2 sekolah zaman sekarang mah kalo temennya udah ada yang duluan pulang udah deh gak lama kemudian sekolahan akan kembali sepi. Inilah ironisnya negeri kita (Indonesia) jika negara tidak berfungsi sebagai filter. Otak anak2 sekolah sekarang jadi rusak. 

Sekarang gue mutar otak untuk membangun kembali sekolah yang jati dirinya udah hampir gak keliatan sebagai institusi pendidikan yang bermartabat. Insyaallah semoga Allah swt memberi gue dan seluruh pihak yang terlibat kesehatan untuk mengemban tugas dan tanggungjawab ini untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia. Makasih.

Gue sedang merancang suatu terobosan baru yakni kurikulum untuk sekolah. Nah, disini gue banyak melihat sistem pendidikan dari Finlandia yang sangat mencengangkan dari aspek pendidikan etika dan moralnya. Jika sistem pendidikan di Finlandia dimaching2kan sama sistem pendidikan sekolah seperti konsep pendidikan Ayah Edy, Akademi Gajah nya Tere Liye dan Sekolah Cikal maka konsep yang berjalan di otak gue akan berkembang macem2.

Gue sekarang lagi pengen ngembangin ide yang kiranya nanti bisa benar2 diterapkan bukan hanya pada saat anak2 itu bersekolah di sekolah yang sekarang gue bareng orang tua gue bina tapi seluruh etika dan moral yang dijunjung tinggi di sekolah dan masyarakat pada umumnya bisa diterapkan di kehidupan nyata hingga akhir hayat mereka. Bagaimana minat dan bakat siswa benar2 bisa dikembangin. Gimana anak2 di sekolah melek informasi dan teknologi dari aspek positifnya. Gimana anak2 dibiasakan berdiskusi tentang issue2 aktual dan melakukan feedback untuk mencari solusi dan memecahkan masalah. Seperti inilah seharusnya konsep pendidikan yang sebenarnya diterapkan di sekolah. Bukan sekedar dipelajari lalu aplikasi di masyarakat gak ada. 

Contoh pelajaran agama, menjadi pertanyaan kemudian adalah apakah pelajaran agama hanya sekedar anak2 tahu saja ataukah benar2 sekolah dan seluruh pihak terkait berupaya agar seluruh aspek agama dijalankan di dunia nyata? Sama dengan pelajaran olahraga di sekolah. Apakah pelajaran olahraga hanya sekedar aktivitas pengisi waktu luang yang berlaku saat anak2 bersekolah saja ataukah olahraga dilakukan karena benar2 menjadi bagian dari kebutuhan seperti makanan?

Semoga konsep pendidikan yang kta harapkan bersama bisa benar2 merubah masyarakat yang tidak hanya kaya akan angka2 tinggi di raportnya tapi benar2 perilaku yang berubah ke arah yang lebih baik dari hari ke hari yang bisa dirasakan oleh orang2 disekitarnya. Ilmu jika tidak dibarengi dengan agama dan akhlak akan membuat anak2 menjadi bajingan, koruptor, penipu yang segala cara dihalalkan untuk mendapatkan apa yang mereka mau.

***
Pengalaman gue baru2 ini adalah kemarin. 

Kemarin pagi sekitar pkl 10.00-an nyokap bokap kedatangan tamu. Mereka berdua adalah ibu2 tetangga waktu kami sekeluarga masih tinggal di daerah Pengayoman dulu. Waktu mereka datang, gue yang bikin teh di dapur. Ceritanya sih, teh sariwanginya sisa 1 untuk dicelupin di gelas. Seperti pada umumnya orang2 bikin teh, gue ambil 2 buah cangkir lalu gue masukin gula ke dalam cangkirnya. Gue tambahin teh seduh lalu gue ngasih air panas yang gue ambil dari dispenser. Cangkir pertama penuh. Aduk2. Pas mo nyeduh teh di cangkir kedua, warna tehnya mule gak sama. Ada yang pekat ada yang nggak. Nah lo. Ya udah gue tuangin semua teh yang ada di cangkir ke gelas yang lebih gede lalu gue bagi dua lagi isinya ke dalam cangkir. Okeh masalah terpecahkan. Gue bawalah 2 cangkir bermotif bunga2 itu ke ruang tamu.

Apa yang terjadi?

Gulanya gak teraduk rata, gulanya banyak yang nempel2 di bibir gelas dan parahnya itu baru keliatan pas cangkirnya gue taro di atas meja tepat di depan tamu itu. Gue mencoba melapnya tapi apa daya ketika rasa malu mengalahkan hati maka apa pun gak akan berjalan maksimal. Malunya sih udah maksimal banget.

CU guys di postingan selanjutnya.

No comments:

Post a Comment